Senin, 20 Agustus 2012

Apresiasi Sastra-Novel La Barka, oleh Sugeng Rianto


ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH-TOKOH WANITA
DALAM NOVEL LA BARKA
KARYA NH. DINI
Oleh :
Sugeng Rianto

 

BAB I    PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Suatu karya sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana rasa (emosi). Melalui karya sastra inilah pengarang memproyeksikan gejolak psikologis yang merupakan hasil olahan dari pengamatannya, perenungannya, kontemplasinya terhadap psikologis manusia-manusia lain di sekitarnya yang menampak lewat psikologis para tokoh imajinernya.
Mengapresiasi suatu hasil karya sastra yang penuh dengan nuansa kejiwaan para tokoh-tokohnya, termasuk karya fiksi yang berupa novel, diperlukan suatu pendalaman dan pengalaman akan makna hidup dan kehidupan. Aminuddin (2004:62) mengungkapkan bahwa seseorang membaca sastra dapat dilatarbelakangi tujuan mendapatkan berbagai macam informasi yang berhubungan pemerolehan nilai-nilai kehidupan dan memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan arti maupun peningkatan  harkat kehidupan manusia itu sendiri.
Sejalan dengan pemikiran ingin mengungkap nuansa kejiwaan para tokoh dalam karya sastra, penelitian ini memfokuskan pada Analisis Psikologis Tokoh-Tokoh Wanita dalam Novel La Barka karya NH. Dini.
1.2        Masalah
1.2.1        Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah yang memungkinkan menjadi jangkauan suatu penelitian, mencakup seluruh variabel karya sastra yang meliputi : (1) unsur intrinsik, yaitu unsur yang terkandung dalam setiap karya sastra, yang terdiri atas unsur tema, karakter/perwatakan, plot, setting, atmosfir, titik kisah, dan gaya; serta (2) unsur ekstrinsik mencakup si pengarang dengan latar belakang kehidupannya, berbagai aliran sastra yang melatarbelakangi proses cipta sastra tersebut, kehidupan masyarakat sastra, periodisasi/kurun jaman di mana karya sastra dilahirkan.
1.2.2        Batasan Masalah
Tidak semua unsur yang terkandung dalam suatu karya sastra, bisa secara tuntas diapresiasi dalam waktu yang relatif terbatas. Oleh sebab itu, peneliti membatasi pada masalah analisis psikologis tokoh-tokoh wanita yang terdapat dalam novel La Barka karya NH. Dini.
1.2.3        Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1)   Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Rina dalam novel La Barka karya NH. Dini?
(2)   Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Monique dalam novel La Barka karya NH. Dini?
(3)   Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Francine dalam novel La Barka karya NH. Dini?
(4)   Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Sophie dalam novel La Barka karya NH. Dini?
(5)   Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam novel La Barka karya NH. Dini?
(6)   Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Christine dalam novel La Barka karya NH. Dini?

1.3       Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan di muka, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.
1.3.2        Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran tentang :
(1)   Kondisi psikologis tokoh Rina dalam novel La Barka karya NH. Dini.
(2)   Kondisi psikologis tokoh Monique dalam novel La Barka karya NH. Dini.
(3)   Kondisi psikologis tokoh Francine dalam novel La Barka karya NH. Dini.
(4)   Kondisi psikologis tokoh Sophie dalam novel La Barka karya NH. Dini.
(5)   Kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam novel La Barka karya NH. Dini.
(6)   Kondisi psikologis tokoh Christine dalam novel La Barka karya NH. Dini.

1.4  Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penggunaan istilah yang dipakai dalam penelitian yang berjudul Analisis Psikologis Tokoh-Tokoh Wanita dalam Novel La Barka Karya NH. Dini.
(1)   Analisis adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris analysis yang berarti menguraikan sesuatu, termasuk menguraikan unsur-unsur dalam struktur karya sastra.
(2)   Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk gejala jiwa manusia, yaitu mempelajari dan menyelidiki pikiran, perasaan, sikap, emosi, dan berbagai gejala jiwa lainnya.
(3)   Kondisi psikologis adalah keadaan jiwa/kejiwaan seseorang yang meliputi pikiran, perasaan, sikap, emosi, dan berbagai gejala jiwa lainnya.
(4)   Tokoh adalah individu rekaan yang terdapat dalam berbagai peristiwa dalam karya sastra, baik itu tokoh wanita maupun tokoh pria.
(5)   Novel adalah sebuah cerita prosa fiksi karya pengarang yang tercipta dengan dilandasi berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam imajinasinya; dan dihadirkan dalam bentuk paparan cerita yang panjang mengenai kehidupan manusia.
(6)   Kodifikasi, menurut Kamus  Kata Serapan Bahasa Indonesia (Djalinus,1993:94) adalah pemberian nomor atau lambang pada perkiraan.
(7)   Korpus, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:527) adalah kesatuan atau kumpulan tulisan tentang subjek tertentu; kumpulan ujaran yang tertulis atau lisan yang digunakan untuk menyokong atau menguji hipotesis tentang struktur bahasa.
(8)   Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai” (Aminuddin, 2004:34).
1.5  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagi Peneliti
a)      Sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian yang berhubungan dengan analisis psikologis tokoh cerita dalam suatu karya sastra berupa novel.
b)      Mengetahui gambaran secara obyektif tentang psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.
1.      Bagi Penelitian Selanjutnya
a)      Sebagai dasar penelitian lebih lanjut di masa mendatang.
b)      Sebagai bahan yang perlu dikaji kebenarannya tentang teori yang disusun oleh peneliti agar sesuai dengan hasil penelitian yang diharapkan.
2.      Bagi Institut
Dengan adanya penelitian ini berarti pihak lembaga dapat menambah koleksi kepustakaan ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
3.      Bagi Pengajaran Bahasa Indonesia
Dengan hasil penelitian ini agar dapat meningkatkan kemampuan apresiasi siswa dalam menganalisis psikologis para tokoh cerita dari suatu hasil karya sastra seperti novel dan karya sastra yang lain.

BAB II    KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian  Pustaka
Pada prinsipnya, penelitian tentang Analisis Psikologis Tokoh-tokoh Wanita dalam Novel La Barka karya NH. Dini, memanfaatkan kajian interdisipliner, artinya penelitian ini dalam upaya menginterpretasi karya sastra memerlukan ilmu terapan dengan mengkaji kepustakaan yang relevan. Beberapa kajian sebagai tinjuan pustaka yang relevan, meliputi (1) tinjauan pengertian prosa fiksi, (2) tinjauan terhadap apresiasi sastra, (3) tinjauan terhadap psikologi sastra, (4) tinjauan terhadap tokoh, dan (5) tinjauan terhadap penokohan dalam novel.
2.2 Pengertian dan Macam Prosa Fiksi
2.2.1 Pengertian Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Karya fiksi mengandung unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampai isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional sehingga menjadi suatu wacana. Pengarang dalam memaparkan isi karya fiksi bisa lewat (1) penjelasan atau komentar, (2) dialog maupun monolog, dan (3) lakuan atau action  (Aminuddin, 2004:66). Disebutkan juga bahwa bentuk-bentuk karya fiksi meliputi roman, novel, novelet, maupun cerpen.
Semua karya sastra termasuk novel, mempunyai dua unsur yang membangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, setting/latar, gaya, sudut pandang, suasana, dan amanat. Adapun unsur yang membangun di luar karya sastra yaitu unsur ekstrinsik meliputi : biografi pengarang, pembaca, latar proses kreatif penciptaan maupun latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra (Aminuddin, 2004:34).
2.2.2 Macam Prosa Fiksi
Aminuddin (2004:66) menyebutkan bahwa karya prosa fiksi dapat berbentuk roman, novel, novelet, dan cerpen.
2.3 Novel
2.3.1 Pengertian Novel
Novel adalah sebuah cerita prosa fiksi karya pengarang yang tercipta dengan dilandasi berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam imajinasinya; dan dihadirkan dalam bentuk paparan cerita yang panjang mengenai kehidupan manusia. Pengertian novel bila ditinjau secara harafiah, istilah novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “barang baru yang kecil”. Novel adalah karya sastra fiksi yang panjangnya sekitar 200 halaman (Depdiknas, 2005:107; abdul Rani, 2004:85). Abdul Rani (2004:85) mengartikan novel sebagai karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh.
2.3.2 Macam Novel
Mengutip pendapat Mochtar Lubis, Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (1985:165-166) menyebutkan bahwa pemilahan jenis novel/roman berdasarkan bentuk dan genrenya dibedakan  menjadi novel : (1) avontur, (2) psikologis, (3) detektif, (4) sosial, (5) politik,  dan (6) kolektif.
Berdasarkan segmen konsumen pembacanya, terdapat jenis novel remaja yang menurut Nurgiantoro (dalam Depdiknas, 2005:108) adalah novel populer yakni novel yang massa pembacanya sangat banyak khususnya di kalangan remaja. Novel remaja (populer) menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman walaupun hanya sesaat/temporer atau sementara/artifisial serta tidak menggambarkan kehidupan secara intens tentang pemahaman hakikat kehidupan.
2.3.3 Struktur Novel
Sebagai salah satu genre sastra, novel serta karya fiksi lainnya seperti cerpen, novelet, dan roman mengandung unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampai isi yang berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi sehingga menjadi suatu wacana (Aminuddin, 2004:66). Unsur-unsur prosa fiksi meliputi tokoh dan penokohan,  latar/setting,  alur atau plot,  sudut penceritaan/sudut pandang, gaya,  tema, dan amanat (Abdul Rani, 2004:86; Salamah, 2001:37).
Unsur-unsur tersebut, lebih jauh ditegaskan oleh Abdul Rani (2004:86-69) berikut.
(1) Tema
Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita, yang merupakan unsur intrinsik terpenting dalam novel/cerpen. Untuk mengetahui tema novel/cerpen, pembaca harus mencermati seluruh rangkaian cerita. Tema dalam sastra bisa diangkat dari berbagai masalah kehidupan sesuai zamannya. Baik menyangkut kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecembutruan, dan sebagainya.
(2)  Alur
Alur (plot) sebagai unsur intrinsik karya sastra merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Pla pengembangan cerita tidak selalu sama dalam setiap karya fiksi. Pada umumnya suatu alur (plot) cerita terbagi dalam bagian-bagian berikut.
(a)    Pengenalan situasi cerita (exposition)
(b)   Pengungkapan peristiwa (complication)
(c)    Menuju pada adanya konflik (rising action)
(d)   Puncak konflik (turning point)
(e)    Penyelesaian (ending)
(3)    Latar (setting)
Fungsi latar adalah untuk meyakinkan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Sehingga setiap peristiwa maupun para pelaku yang ditampilkan dalam cerita seakan-akan ada dan benar-benar terjadi.  Latar meliputi  tempat, waktu, suasana, dan budaya yang melingkupi cerita. Latar bisa faktual maupun imajiner.
(4)    Penokohan
Penokohan adalah suatu cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter/perwatakan para pelaku dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter tokoh, pengarang bisa menempuh: (a) teknik analitik, yakni dengan menceritakan perwatakan tokoh secara langsung; dan (b) teknik dramatik dengan mengemukakan karakter tokoh melalui penggambaran fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, tata kebahasaannya, jalan pikirannya, serta perannya dengan tokoh lain.
(5)    Sudut Pandang (Point of view)
Adalah posisi pengarang dalam menampilkan cerita, yang terdiri dari:
(a)    pengarang berperan langsung sebagai orang pertama  /”aku”tokoh yang terlibat dalam cerita,
(b)   pengarang berperan sebagai pengamat atau bertindak sebagai orang ketiga.
(6)    Amanat
Amanat merupakan suatu pesan pengarang yang dituangkan melalui karyanya, bisa menyangkut pesan moral, didaktis, dan sebagainya. Untuk mengetahui  amanat, pembaca harus secara cermat mengikuti seluruh cerita sampai tuntas.
(7)    Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam karya sastra merupakan daya tarik dan sebagai cara pengarang mengajuk pikiran dan emosi pembaca.

2.4 Apresiasi Karya Sastra
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. S. Effendi dalam (Aminuddin, 2004:35) mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Untuk mengapresiasi karya sastra diawali dari sikap ketertarikan terhadap sastra sebagai suatu karya ciptaan pengarang yang di dalamnya terkandung beragam nilai-nilai kehidupan. Sehingga tidak berkelebihan jika Boulton (dalam Aminuddin, 2004:37) beranggapan bahwa cipta sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberi kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai macam problema kehidupan ini.
Bertolak dari pendapat Boulton, Aminuddin (2004:38) lebih menegaskan bahwa cipta sastra sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks, yaitu (1) unsur keindahan; (2) unsur kontemplatif hasil perenungan terhadap nilai-nilai keagamaan, filsafat, politik, dan berbagai macam kompleksitas kehidupan; (3) media pemaparan, baik berupa media kebahasaan maupun struktur wacana; serta (4) unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan karakteristik cipta sastra sebagai suatu teks.
Kegiatan seorang apresiator dalam bedah sastra adalah seperti dikemukakan Brooks (Aminuddin, 2004:39) yang membedakan dua level, yakni level objektif yang berhubungan dengan respon intelektual, dan level subjektif yang berhubungan dengan respon emosional. Sementara Aminuddin (2004:38) mengungkapkan bahwa bekal awal yang harus dimiliki seorang calon apresiator adalah (1) kepekaan emosi sehingga mampu memahami unsur-unsur keindahan di dalam cipta sastra, (2) wawasan pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman atas kehidupan dan kemanusiaan, (3) pemahaman aspek kebahasaan, dan (4) kepekaan terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang berhubungan dengan telaah teori sastra.
2.5  Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah suatu kajian yang bersifat tekstual terhadap aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Sebagaimana wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia sastra, psikologi sastra juga memandang bahwa sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan  media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Karya sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana rasa/emosi (Roekhan, 1990:88-91).
Psikologi sastra merupakan gabungan dari teori psikologi dengan teori sastra. Sastra sebagai “gejala kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang nampak lewat perilaku tokoh-tokohnya, sehingga karya teks sastra dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi. Antara sastra dengan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional, demikian menurut Darmanto (Roekhan, 1990:93). Pengarang dan piskolog kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yakni kejiwaan manusia. Keduanya mampu menangkap kejiwaan manusia secara mendalam. Perbedaannya, jika pengarang mengungkapkan temuannya dalam bentuk karya sestra, sedangkan psikolog sesuai keahliannya mengemukakan dalam bentuk formula teori-teori psikologi.
Karya sastra yang dapat dijadikan bahan kajian melalui pendekatan secara psikologis adalah karya-karya sastra yang mengembangkan kejiwaan tokoh-tokohnya, yakni karya prosa dan drama. Lebih jauh ditandaskan bahwa pendekatan tekstual dalam psikologi sastra yang bertumpu pada pendekatan psikologi dalam (pendekatan ekspresif dan pendekatan pragmatis), kemudian berkembang melalui pendekatan-pendekatan psikologi yang lain seperti pendekatan kognitif, behavioral, ghanzeid, dan pendekatan eksistensial (Roekhan, 1990:94).
Penerapan pendekatan behavioral dalam studi psikologi sastra, harus dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut.
(1)   Mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji;
(2)   Menelusuri perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji, terhadap (a) lakuan sang tokoh, (b) dialog sang tokoh, dan (c) pikiran sang tokoh;
(3)   Mengidentifikasi macam-macam perilaku sang tokoh dan mendeskripsikan serta mengklasifikasikannya;
(4)   Mengidentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilaku sang tokoh;
(5)   Menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya (Roekhan, 1990:97).
2.6 Tokoh dalam Karya Sastra
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelakunya, pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehinggga terjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin, 2004:79). Menurut Kusdiratin  (Depdiknas, 2005:57) mengatakan bahwa tokoh dalam karya fiksi selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemerian watak pada tokoh suatu karya sastra oleh pengarang disebut perwatakan.
Tokoh merupakan bagian dari keutuhan artistik karya sastra yang selalu menunjang keutuhan artistik itu. Tokoh dalam karya sastra dapat digolongkan menjadi lima, yaitu (1) tokoh utama dan tokoh pembantu, (2) tokoh bulat dan tokoh datar, (3) tokoh protagonis dan tokoh antagonis, (4) tokoh sentral dan tokoh bawahan, dan (5) tokoh dinamis dan tokoh statis (Aminuddin,2004:80).
Untuk lebih jelasnya diuraikan di bawah ini.
2.6.1 Tokoh Utama dan Tokoh Pembantu
Jika dilihat menurut peranannya tokoh ada dua yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu, yang masing-masing tokoh tersebut memiliki peran yang penting dalam cerita. Untuk dapat membedakan tokoh utama dan tokoh pembantu, maka dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan cara-cara sebagai berikut:
(1)    Tokoh pembantu hanya hadir jika mempunyai hubungan signifikan dengan tokoh utama.
(2)    Melihat keseringan kemunculan dalam suatu cerita dan keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.
(3)    Ditentukan lewat petunjuk pengarang. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang saling memberi komentar yang dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh pembantu hanya dibicarakan alakadarnya saja (Aminuddin, 2004:80).
2.6.2 Tokoh Bulat dan Tokoh Datar
Berdasarkan cara menampilkan tokoh dalam cerita, dapatlah dibedakan menjadi tokoh bulat dan tokoh datar.Tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki variasi perkembangan jiwa, atau tokoh kompleks, sehingga tokoh tersebut dapat dibedakan dari tokoh-tokoh yang lain. Adapun tokoh datar dapat dilukiskan secara statis, didalam perkembangan lakuan, wataknya sedikit sekali berubah.

2.6.3 Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Ditinjau dari jenisnya, ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis mempunyai pengertian tokoh yang memiliki watak baik, sehingga disenangi oleh pembaaca. Adapun tokoh antagonis mempunyai watak yang tidak disenangi oleh pembaca, karena watak pelaku tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca. Tokoh protagonis biasanya mewakili yang baik dn terpuji, karena it biasanya menarik simpati pembaca. Sedangkan tokoh antagonis mewakili pihak yang jahat dan salah. Dalam fungsinya sebagi sumber nilai, tokoh protagonis selalu menjadi tokoh teladan (Aminuddin, 2004:80).
2.6.4 Tokoh Sentral dan Tokoh Bawahan
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, dapatlah dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Masing-masing tokoh dalam cerita mempunyai fungsi yang berbeda. Tokoh sentral adalah tokoh yang memiliki peranan yang penting dalam suatu cerita, sehingga tokoh ini cenderung menggeser kedudukan tokoh utama yang memiliki peranan tidak penting, karena munculnya hanya melengkapi, melayani, mendukung tokoh utama, namun kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
Selanjutnya, Aminuddin juga membedakan adanya ragam pelaku simple character dan complex character, yaitu sebagai berikut:
Disebut simple character ialah bila pelaku itu tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya dihadapkan pada satu permasalahan tertentu yang tidak banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks. Berkebalikan dengan pelaku yang simpel, complex character adalah pelaku yang pemunculannya banyak dibebani permasalahan. Selain itu, complex character juga ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi batin yang cukup kompleks sehingga kehadirannya banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks pula. Dalam prosa fiksi, simple character umumnya adalah pelaku tambahan, sedangkan complex character adalah pelaku utama (Aminuddin, 2004:82).
Dengan melihat fungsi tokoh di atas, maka dapat ditentukan watak tokoh dan kedudukannya di dalam cerita, serta kehadiran tokoh sebagai pendukung cerita dalam karya sastra.
2.6.5 Tokoh Dinamis dan Tokoh Statis
Berdasarkan perkembangan lakuan dan watak tokoh dalam cerita, maka ada tokoh yang dinamis dan tokoh yang statis. Tokoh dinamis merupakan tokoh yang mengalami perubahan nasib, sedangkan tokoh yang statis merupakan tokoh yang sejak awal hingga akhir ceriota tidak mengalami perubahan.Tokoh dinamis, seperti yang dikemukakan Aminuddin (2004:83) adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan batin, sedangkan tokoh statis adalah tokoh yang sejak awal hingga akhir cerita tidak mengalami perubahan dan perkembangan pada aspek penokohannya dan tetap mempertahankan aspek karakter dari awal hingga akhir cerita.
2.7 Penokohan dalam Karya Sastra
Penokohan dalam karya sastra adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku dalam karya fiksinya. Boulton  (Aminuddin, 2004:79) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokoh dalam karya fiksi dapat  bermacam-macam, seperti tokoh pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang gigih dalam perjuangan hidupnya, pelaku yang selalu bersikap realistis, pelaku yang egois. Para pelaku bisa berupa manusia atau tokohmakhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya perilaku binatang.


BAB III    METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Pengantar

Dalam suatu penelitian ilmiah, metodologi menempati peranan yang sangat penting sesuai dengan obyek penelitian.

Yang dimaksudkan dengan metodologi di sini adalah kerangka teoritis yang dipergunakan oleh penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi itu. Kerangka teoritis atau kerangka ilmiah merupakan metode-metode ilmiah yang akan diterapkan dalam pelaksanaan tugas itu  (Keraf, 2001:310).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk mengungkapkan atau menganalisa suatu permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penulis memerlukan metode. Metode merupakan cara kerja yang harus ditempuh dalam suatu penelitian ilmiah.

Penelitian ini berjudul Analisis Psikologis Tokoh-Tokoh Wanita Dalam Novel La Barka Karya NH. Dini. Pendekatan yang digunakan melalui metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah (Sukmadinata, 2006:319). Sehingga penelitian ini berupaya memaparkan suatu peristiwa secara rinci, sistematis, cermat, dan faktual mengenai psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Obyek penulisan dalam novel La Barka karya NH. Dini  antara lain : (1) kondisi psikologis tokoh Rina, (2) kondisi psikologis tokoh Monique, (3) kondisi psikologis tokoh Francine, (4) kondisi psikologis tokoh Sophie, (5) kondisi psikologis tokoh Yvonne, dan (6) kondisi psikologis tokoh Christine.

3.3 Sumber Data  Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di muka, yang menjadi sumber data penelitian adalah novel La barka karya NH. Dini edisi Cetakan Ketujuh oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2004.

3.4 Instrumen Pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, sebagaimana lazimnya suatu penelitian kualitatif, adalah peneliti sendiri. Selanjutnya, untuk memudahkan teknik pengumpulan data, maka digunakan instrumen operasional yang berupa deskripsi verbal dengan pemberian kode La Barka sebagai judul  novel dan posisi halaman dari data tekstual tersebut yang  menguraikan penjelasan tentang psikologi tokoh Rina, Monique, Francine, Sophie, Yvonne, dan Christine.


3.5 Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dengan cara pencatatan, pengidentifikasian, pengklasifikasian paparan data.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data penelitian adalah (1) membaca literatur kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian; (2) penyusunan kerangka penelitian sebagai panduan kerja, karena teknik yang digunakan berupa teknik analisis tekstual; (3) mendeskripsikan lakuan, dialog, monolog, dan komentar tokoh lain dari setiap tokoh wanita yang mencerminkan aspek psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.


3.5.2 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu (1) deskripsi korpus data; (2) interpretasi data; dan (3) deskripsi kualitatif semua tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini, sebagai kesimpulan data.


3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan
 (a)  Penyusunan rancangan penelitian
Dimulai dari merumuskan tujuan penelitian, merumuskan  gambaran operasional kerja secara sistematis, membuat desain dengan membuat pedoman kerja hingga menemukan kemantapan desain penelitian.
(b)    Studi Pustaka
Dilakukan untuk memperoleh landasan yeng relevan dengan penelitian.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan
            Dilakukan dengan beberapa tahapan, meliputi:
(a)    Pengumpulan Data, yaitu mengumpulkan seluruh data dalam novel La Barka dengan cara: (1) kodifikasi korpus data dan deskripsi data, (2) interpretasi data, (3) rekapitulasi temuan, dan (4) deskripsi kualitatif temuan.
(b)     Analisis Data, dengan menganalisis tokoh berdasarkan tahapan kerja : (1) mengklasifikasi data, dan (2) mendeskripsikan secara kualitatif temuan dalam novel La Barka karya NH. Dini.

3.6.3 Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian ini merupakan tahap akhir setelah penelitian selesai dilaksanakan. Tahap penyelesaian ini meliputi beberapa kegiatan yaitu : (a) penyusunan dan penulisan laporan, (b) mengkonsultasikan laporan kepada dosen pembimbing, (c) pengetikan laporan setelah dilakukan revisi, (d) penggandaan laporan kemudian diajukan kepada tim dosen penguji.

 

BAB  IV  DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

 

Berdasarkan  hasil Analisis Kondisi Psikologis Tokoh-tokoh Wanita dalam Novel La Barka karya NH. Dini, maka terdapat beberapa temuan data hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab IV ini. Interpretasi analisis kondisi psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini dapat dideskripsikan dan diklasifikasikan meliputi temuan berikut ini.

4.1.Deskripsi Kualitatif Temuan

Deskripsi kualitatif temuan diperoleh melalui analisis unit tekstual dalam novel La barka karya NH. Dini yang berupa pendeskripsian pengarang secara langsung lewat dialog, monolog, dan tanggapan atau ungkapan dari tokoh lain. Untuk lebih lengkapnya sesuai tujuan penelitian, berikut ini disajikan deskripsi verbal temuan kondisi psikologis msing-masing tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.


4.1.1 Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Rina dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan sebagai kondisi psikologis tokoh Rina adalah sebagai berikut:
(a)    Pencurahan kasih sayang terhadap anak dan kesibukan Rina menjadi tersita sebagai seorang ibu sehingga hari-harinya berlalu tanpa perhatian khusus dari suaminya. Hal ini bisa dilihat pada unit tekstual berikut:
“Pada tahun ketiga perkawinanku, anakku lahir. Sepulang dari rumah sakit, Monique datang dan tinggal bersama kami selama seminggu menolong mengurus bayi. Waktu itu aku terlalu memikirkan kesibukanku yang baru sebagai seorang ibu, sehingga hari-hariku berlalu tanpa perhatian yang khusus dari suamiku” (La Barka: 21).
(b)   Suatu malam, Robert menjadi kekasihnya. Kejantanan dan kelembutan diberikannya untuk Rina. Hal ini bisa dilihat pada unit tekstual berikut:
“Malam itu Robert menjadi kekasihku. Kemudian yang dimilikinya pasti dan jantan, namun penuh kelembutan. Gerakannya serba lamban, pandangannya tidak berhenti melirik dan menggugahku. Sekali dua kali, ketika di dalam kamar aku menunggunya selagi keluar menempatkan sepeda motor di samping garasi” (La Barka: 157-158).

Kondisi psikologis tokoh Rina memiliki kecenderungan menolak terhadap sistem nilai yang berupa konsepsi atau perilaku perbuatan yang melanggar nilai kesopanan. Rasa cinta yang sedemikian besar terhadap kekasihnya yang membawanya ke jenjang rumah tangga. Namun keretakan bahtera keluarga Rina justru berawal saat setelah kelahiran anak pertamanya.  Kehilangan kekasih yang amat didambakannya, membuat Rina merasa kesepian dan kehampaan. Hingga seseorang datang membelai kehidupannya, Rina justru menantangnya. Rina berbuat hanya menuruti emosinya saja tanpa diimbangi dengan rasio. Hal ini karena Rina masih trauma terhadap luka hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya.


4.1.2        Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Monique dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan sebagai kondisi psikologis tokoh Monique adalah sebagai berikut:
(a)    Hati Monique bagaikan terisi oleh segala perbuatan kebaikan, menolong kawan, mempercayai semua orang. Hal ini bisa dilihat pada unit tekstual berikut:
“Hati kawanku terisi oleh segala perbuatan kebaikan, menolong kawan, mempercayai orang. Yang terakhir ini lebih mendekati ke hal yang naif, bagi semua orang dianggapnya benar dan jujur” (La Barka: 51).
(b)   Monique lebih menunjukkan sikap mengalah, dan tidak menghendaki pertengkaran dalam pembagian harta kekayaan itu, kecuali mendapatkan rumah. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut:
“Dalam memperhatikan itu semua, aku menarik beberapa pelajaran. Betul, Monique lebih menunjukkan sikap mengalah, dan tidak menghendaki pertengkaran dalam pembagian harta kekayaan itu, kecuali mendapatkan rumah” (La Barka: 189).
(c)    Monique tanpa sadar mulai berani menghadapi segala persoalan sendiri serta memiliki ketabahan yang mengagumkan. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Monique yang biasa hidup berpegang pada baju ibunya, turut suaminya ke ibukota. Ia menjalani kehidupan barunya dengan ketabahan yang amat mengagumkan. Tanpa sadar Monique mulai berani mengolah segala persoalan sendiri. Pada waktu itu, biaya sekolah dan pondokan dikirim oleh orang tua Daniel. Dari pekerjaan sampingan Daniel kadang-kadang mendapat uang dari pembuatan rencana buku-buku dan model majalah arsitektur. Monique membantu menerima jahitan dari kenalan sana-sini” (La Barka: 18).

Monique adalah si pemilik La Barka, villa tempat teman-temannya berkumpul saat liburan. Ia  dianggap oleh Rina sebagai orang berhati emas. Kebaikan Monique terhadap Sophie didasari oleh sifatnya yang suka membalas budi, suka menolong, selalu mengalah tidak mencari permusuhan, dan termasuk wanita yang selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Sekalipun temannya sendiri. Namun dalam masalah La Barka, rumah yang dibiayai oleh Monique sendiri, ia tidak pernah mengalah. Jika pada awalnya ia selalu bergantung pada ibunya, namun setelah menikah justru Monique bisa hidup mandiri dan mengendalikan rumah tangganya, meskipun harus dilalui dengan penuh ketabahan, kesabaran, ketegaran sebagai wanita dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.


4.1.3        Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Francine dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan sebagai kondisi psikologis tokoh Francine adalah sebagai berikut:
(a)    Kecintaan pada diri sendiri membuat penampilan Francine selalu rapi dan sesuai, serta tidak terkesan berlebihan. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Yang kusukai pada Francine adalah kerapian dalam berpakaian. Sepadan dengan lapangan kehidupan sebagai penjual perlengkapan modern, bagi wanita dan laki-laki muda” (La Barka: 98).
(d)   Francine menyembunyikan perasaan yang sebenarnya terhadap laki-laki yang selama lebih sepuluh tahun menjadi teman hidupnya. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Kecemburuan hanya dialami oleh orang-orang yang mencintai, dan takut akan kehilangan cinta. Mengapa Francine menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, terhadap laki-laki yang selama lebih sepuluh tahun menjadi teman hidupnya” (La Barka: 108).

Francine adalah istri Rene, yang bersama suaminya ini ia tidak bisa memberi keturunan sehingga berakibat keretakan rumah tangganya. Kadang-kadang Francine menuntut kepada Rene agar bisa bersikap tegas sebagai laki-laki. Suatu saat Francine minta persetujuan Rene tetapi berbuah kecewa karena Rene memang tidak bisa bersikap tegas. Francine termasuk type wanita yang selalu minta diperhatikan dan menyukai hal-hal parktis dan pasti. Kehalusan perasaan Francine dan perasaan merasa lemah dibanding laki-laki sehingga membuat ia mudah tersinggung. Francine memiliki jiwa yang tertutup, walau ia suka berpenampilan rapi apalagi dirinya sebagai penjual pakaian. Dia tidak suka melibatkan orang lain dalam urusan pribadinya.

4.1.4        Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Sophie dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan sebagai kondisi psikologis tokoh Sophie adalah sebagai berikut:
(a)    Sophie wanita muda yang hidupnya beralih dari pelukan laki-laki lain, untuk dapat membeli gaun model baru, sepatu keluaran tokoh-tokoh terkenal. Hal ini bisa dilihat pada unit tekstual berikut:
“Aku benar-benar memikirkan terlibatnya Monique dengan persoalan Sophie. Aku memang sering mendengar ada wanita-wanita muda yang hidupnya beralih dari pelukan laki-laki lain, untuk dapat membeli beberapa gaun model baru, sepatu keluaran tokoh-tokoh terkenal” (La Barka: 148).
(b)   Kecantikan Sophie memang memiliki tubuh yang menggiurkan terutama pada bentuk bibirnya yang tipis tapi berisi. Hal ini bisa dilihat pada unit tekstual berikut:
“Yang menarik bagiku bagi keseluruhan wajahnya adalah bibirnya yang tipis tapi berisi. Keduanya menggaris menakjubkan, seolah dibentuk oleh seorang pemahat yang ahli guna menutupi kesalahan yang ada di sana. Bagaimanapun, Sophie mempunyai tubuh yang menggiurkan” (La Barka: 80).

Sophie adalah gadis remaja yang usianya 21 tahun. Di villa La Barka Sophie telah banyak memperoleh kesenangan. Namun Sophie benar-benar tidak membalas budi baik yang diberikan kepadanya. Hal ini terjadi, karena selama di Villa La Barka Sophie menyebar isu bahwa di villa itu tempat untuk berkasih-kasihan. Sophie yang lepas dari orang tua dan merasa dirinya dikagumi laki-laki, Sophie berbuat sekehendak hati, memanfaatkan kecantikannya dan berganti-ganti pasangan walaupun sudah bertunangan. Bahkan di depan Francine, Sophie menjawab tantangan Rene dengan berani. Kehidupan Sophie di Villa La Barka akhirnya menimbulkan masalah bagi Monique. Cara hidup Sophie yang hanya menginginkan dirinya sendiri, semakin membuat Monique tidak senang dan kecewa. Selain itu Sophie juga memiliki sifat gemar sekali berdandan, kadang-kadang berlebihan. Sophie begitu mencintai dirinya, ini semua karena Sophie memiliki tubuh yang sempurna dan menggiurkan .


4.1.5        Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan sebagai kondisi psikologis tokoh Yvonne adalah sebagai berikut:
(a)    Yvonne selama beberapa tahun tinggal serumah dengan seorang lelaki, tetapi Yvonne menyebut lelaki itu “suamiku”. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Kawanku Monique berkata bahwa Yvonne sejak beberapa tahun tinggal serumah dengan seorang lelaki, tetapi Yvonne menyebut lelaki itu ‘suamiku’. Dengan jelas aku melihat Yvonne masih ada rasa rendah diri karena tinggal bersama tanpa kawin dengan laki-laki” (La Barka:153).
(b)   Yvonne memiliki kecenderungan mengerjakan sesuatu atas dasar yang menjadi haknya, meskipun hal itu menyangkut soal makanan. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Akhirnya kami mengalah, tetapi Yvonne memisahkan makanan yang dia beli, menempelkan namanya dengan huruf besar-besar, lalu ditaruhnya di lemari dingin. Sedangkan sayur dan buah-buahan di bawa ke dalam kamar” (La Barka: 151)

Yvonne adalah orang yang tegas dan penuh tanggung jawab. Yvonne benar-benar menganut prinsip hak dan kewajiban. Dalam mendidik anak, Yvonne selalu menanamkan rasa sopan santun, sehingga anaknya pun tidak ada yang nakal. Yvonne mempunyai sikap yang emosional. Tindakannya didasari unsur perasaan saja. Dalam diri Yvonne juga ada sikap rendah diri. Rendah diri, karena anak kedua yang dilakukan dengan hubungan tidak sah dengan temannya, sehingga untuk menutupi rasa rendah diri Yvonne selalu salah menyebut temannya sebagai suaminya. Sikap egosentris pada diri Yvonne, yaitu dia lebih memilih mengerjakan haknya, tetapi yang bukan haknya dia tidak mau melaksanakan walaupun itu menyangkut soal makanan.  

4.1.6        Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Christine dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan sebagai kondisi psikologis tokoh Christine adalah sebagai berikut:
(a)      Christine memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Ia selalu menekankan nasehatnya agar jangan terlalu menyiksa diri sendiri. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“’Aku senang kepadamu, Rina’ katanya kemudian. ‘Aku  hargai keterusterangan yang kau berikan kepadaku. Kalau kau memerlukan nasihat dariku, aku hanya dapat memberimu satu nasihat:jangan terlalu kau siksa dirimu. Kau telah menemukan Robert, ini penting buat keseimbangan rohanimu. Mengapa kau sudah hendak meninggalkannya?’” (La Barka: 265).
(b)   Christin dianggap oleh Rina sebagai teladan perempuan muda yang memiliki keseimbangan kuat dalam jiwanya. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Entahlah disebabkan oleh jabatannya sebagai guru, entah memang pembawaan watak yang demikian, Christine bagiku adalah teladan perempuan muda yang memiliki keseimbangan kuat dalam jiwanya” (La Barka: 207).
(c)    Christine di samping mampu mendidik anak juga mempunyai wajah keibuan. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Christine berbadan hampir serupa dengan Monique, hanya tubuhnya yang agak lebih tinggi. Rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki, tetapi dengan gelombang-gelombang kecil yang turun hingga ke tengkuk. Wajahnya memberi suatu kesan tajam padaku, biasa dan bergaris teratur, seperti wajah beribu” (La Barka: 207).

Christine adalah seorang janda yang hidup dengan dua anak. Pekerjaannya  sebagai guru menjadikan ia memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Sikap Christine yang dermawan, membuat orang lain selalu senang berkawan dengannya. Christine juga memiliki sikap yang suka menolong orang lain walaupun hanya memberi nasehat saja. Di samping Christine mampu mendidik anak-anaknya juga mempunyai wajah keibuan, sehingga jelas bahwa sikap suku memelihara, merawat, menyimpan, dan suka menolong orang lain. Sesuai dengan provesi Christine sebagai seorang guru, bahwa sifat Christine yang paling dominan adalah sifat suka menolong orang lain dan tidak hanya berpikir untuk kepentingan pribadi.


4.2 Rekapitulasi Temuan Deskripsi Kondisi Psikologis Tokoh-tokoh Wanita dalam Novel LA BARKA karya NH. Dini
Berdasarkan hasil interpretasi pendeskripsian kondisi psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini, maka secara keseluruhan temuan hasil interpretasi pendeskripsian tersebut dapat dirangkum dalam tabel rekapitulasi  berikut ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Deskripsi Kondisi Psikologis Tokoh-tokoh Wanita Novel La Barka karya NH. Dini
NO
TOKOH
DESKRIPSI KONDISI PSIKOLOGIS
1.
Rina
*Penolakan terhadap perbuatan yang tidak terpuji.
*Rasa persahabatan antara teman, dengan menjalin kebersamaan secara kekeluargaan.
*Pencurahan rasa kasih sayang terhadap anak.
*Perbuatan dilakukan hanya menuruti perasaan demi mengusir rasa kesepian dan kerinduan.
2.
Monique
*Rasa kecewa terhadap tindakan yang berlebihan.
*Sikap berpikir untuk orang lain.
*Sikap yang selalu menolong orang lain dalam keadaan kesusahan.
*Menggambarkan sikap Monique yang tanpa sadar mulai berani mengolah dan menghadapi persoalan sendiri.
3.
Francine
*Sikap selalu ingin diperhatikan oleh orang lain.
*Kecintaan terhadap diri sendiri.
*Perasaan cemburu terhadap orang lain.
4.
Sophie
*Sikap pemberani dalam menghadapi keadaan.
*Sikap egosentris yang menimbulkan perasaan tersinggung.
*Kecintaan pada diri sendiri.
5.
Yvonne
*Sikap emosional yang didasari oleh unsur perasaan.
*Perasaan rendah diri karena tindakan yang melanggar etika.
*Sikap egosentris meskipun kepada sahabat sendiri.
6.
Christine
*Perbuatan suka menolong orang lain dalam kesusahan.
*Keramahan dan kesopanan yang patut diteladani.
*Keberhasilan dalam mendidik anak.


BAB  V  P E N U T U P

 

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui berbagai tahapan analisis dan interpretasi mengenai kondisi psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini, berikut ini dipaparkan beberapa temuan sebagai kesimpulan.

1). Kondisi psikologis tokoh Rina dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Kondisi psikologis tokoh Rina memiliki kecenderungan menolak terhadap sistem nilai yang berupa konsepsi atau perilaku perbuatan yang melanggar nilai kesopanan. Rasa cinta yang sedemikian besar terhadap kekasihnya yang membawanya ke jenjang rumah tangga. Namun keretakan bahtera keluarga Rina justru berawal saat setelah kelahiran anak pertamanya.  Kehilangan kekasih yang amat didambakannya, membuat Rina merasa kesepian dan kehampaan. Hingga seseorang datang membelai kehidupannya, Rina justru menantangnya. Rina berbuat hanya menuruti emosinya saja tanpa diimbangi dengan rasio. Hal ini karena Rina masih trauma terhadap luka hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya.

2). Kondisi psikologis tokoh Monique dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Monique, si pemilik La Barka, villa tempat teman-temannya berkumpul saat liburan, dianggap oleh Rina sebagai orang berhati emas. Kebaikan Monique terhadap Sophie didasari oleh sifatnya yang suka membalas budi, suka menolong, selalu mengalah tidak mencari permusuhan, dan termasuk wanita yang selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Sekalipun temannya sendiri. Namun dalam masalah La Barka, rumah yang dibiayai oleh Monique sendiri, ia tidak pernah mengalah. Jika pada awalnya ia selalu bergantung pada ibunya, namun setelah menikah justru Monique bisa hidup mandiri dan mengendalikan rumah tangganya, meskipun harus dilalui dengan penuh ketabahan, kesabaran, ketegaran sebagai wanita dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.

3). Kondisi psikologis tokoh Francine dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Francine adalah istri Rene, yang bersama suaminya ini ia tidak bisa memberi keturunan sehingga berakibat keretakan rumah tangganya. Kadang-kadang Francine menuntut kepada Rene agar bisa bersikap tegas sebagai laki-laki. Suatu saat Francine minta persetujuan Rene tetapi berbuah kecewa karena Rene memang tidak bisa bersikap tegas. Francine termasuk type wanita yang selalu minta diperhatikan dan menyukai hal-hal parktis dan pasti. Kehalusan perasaan Francine dan persaan merasa lemah dibanding laki-laki sehingga membuat ia mudah tersinggung. Francine memiliki jiwa yang tertutup, walau ia suka berpenampilan rapi apalagi dirinya sebagai penjual pakaian. Dia tidak suka melibatkan orang lain dalam urusan pribadinya.

4). Kondisi psikologis tokoh Sophie dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Sophie adalah gadis remaja yang usianya 21 tahun. Di villa La Barka Sophie telah banyak memperoleh kesenangan. Namun Sophie benar-benar tidak membalas budi baik yang diberikan kepadanya. Hal ini terjadi, karena selama di Villa La Barka Sophie menyebar isu bahwa di villa itu tempat untuk berkasih-kasihan. Sophie yang lepas dari orang tua dan merasa dirinya dikagumi laki-laki, Sophie berbuat sekehendak hati, memanfaatkan kecantikannya dan berganti-ganti pasangan walaupun sudah bertunangan. Bahkan di depan Francine, Sophie menjawab tantangan Rene dengan berani. Kehidupan Sophie di Villa La Barka akhirnya menimbulkan masalah bagi Monique. Cara hidup Sophie yang hanya menginginkan dirinya sendiri, semakin membuat Monique tidak senang dan kecewa. Selain itu Sophie juga memiliki sifat gemar sekali berdendam, kadang-kadang berlebihan. Sophie begitu mencintai dirinya, ini semua karena Sophie memiliki tubuh yang sempurna dan menggiurkan .

5). Kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Yvonne adalah orang yang tegas dan penuh tanggung jawab. Yvonne benar-benar menganut prinsip hak dan kewajiban. Dalam mendidik anak, Yvonne selalu menanamkan rasa sopan santun, sehingga anaknya pun tidak ada yang nakal. Yvonne mempunyai sikap yang emosional. Tindakannya didasari unsur perasaan saja. Dalam diri Yvonne juga ada sikap rendah diri. Rendah diri, karena anak kedua yang dilakukan dengan hubungan tidak sah dengan temannya, sehingga untuk menutupi rasa rendah diri Yvonne selalu salah menyebut temannya sebagai suaminya. Sikap egosentris pada diri Yvonne, yaitu dia lebih memilih mengerjakan haknya, tetapi yang bukan haknya dia tidak mau melaksanakan walaupun itu menyangkut soal makanan.  

6). Kondisi psikologis tokoh Christine dalam novel La Barka karya NH. Dini.

Christine adalah seorang janda yang hidup dengan dua anak. Pekerjaannya  sebagai guru menjadikan ia memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Sikap Christine yang dermawan, membuat orang lain selalu senang berkawan dengannya. Christine juga memiliki sikap yang suka menolong orang lain walaupun hanya memberi nasehat saja. Di samping Christine mampu mendidik anak-anaknya juga mempunyai wajah keibuan, sehingga jelas bahwa sikap suku memelihara, merawat, menyimpan, dan suka menolong orang lain. Sesuai dengan provesi Christine sebagai seorang guru, bahwa sifat Christine yang paling dominan adalah sifat suka menolong orang lain dan tidak hanya berpikir untuk kepentingan pribadi.

 

5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka perlu dikemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan obyek dan tujuan penelitian. Berikut ini saran-saran dikemukakan yang diharapkan dapat dijadikan pertimbangan pada penelitian selanjutnya, yaitu kepada:

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam pengajaran sastra, terutama dalam menganalisis tokoh-tokoh dalam cerita fiksi, khususnya novel La Barka karya NH. Dini dengan menggunakan pendekatan psikologis atau pendekatan yang lain.

Siswa

Dalam kegiatan belajar sastra, siswa hendaknya dapat mempelajari karya sastra melalui apresiasi tokoh, dengan melihat segi psikologisnya. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan acuan oleh siswa untuk belajar dalam mengapresiasikan karya sastra khususnya novel.

Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai bahan acuan lebih lanjut, karena penelitian ini hanya menganalisis beberapa aspek psikologis tokoh wanita.

 

Untuk itu bagi peneliti selanjutnya disarankan agar penelitian ini dikembangkan lagi, yaitu mengenai aspek-aspek lain yang terdapat dalam karya sastra khususnya novel La Barka karya NH. Dini.

Demikianlah sejumlah saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini. Disadari sepenuhnya bahwa berbagai temuan yang ada barangkali kurang mendalam jika diorientasikan kepada kepentingan-kepentingan praktis, namun dalam kepentingan toeritis sudah selayaknya pada akhir penelitian dikemukakan saran yang sifatnya harapan-harapan untuk pemanfaatan hasil penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN



Abdul Rani, Supratman. 2004. Intisari Sastra Indonesia untuk SLTP. Bandung: CV Pustaka Setia.

Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

-----------------2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi. Bahasa dan Sastra Indonesia.Pengembangan Kemampuan Menulis Sastra. Buku 2. Jakarta: Direktorat PLP Dirjendikdasmen Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi. Bahasa dan Sastra Indonesia.Pengembangan Kemampuan Menyimak Sastra. Buku 3. Jakarta: Direktorat PLP Dirjendikdasmen Depdiknas.

Djalinus, Syah, dkk. 1993. Kamus Pelajar. Kata Serapan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

IKIP Malang. 1996. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Satgas OPP Bagian Proyek OPF. IKIP Malang.

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Nurhadi, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga

Salamah, Umi. 2001. Diktat Sejarah dan Teori Sastra. Sebagai Panduan Perkuliahan Matakuliah Sejarah & Teori Sastra di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Budi Utomo Malang. Malang: IKIP Bdi Utomo malang.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Djalinus, dkk. 1993. Kamus Kata Serapan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

s---Dedikasi untuk Indonesiaku tercinta---r
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar