ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH-TOKOH WANITA
DALAM NOVEL LA BARKA
KARYA NH. DINI
Oleh
:
Sugeng Rianto
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu karya
sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya ternuansakan
suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana
rasa (emosi). Melalui karya sastra inilah pengarang memproyeksikan gejolak
psikologis yang merupakan hasil olahan dari pengamatannya, perenungannya,
kontemplasinya terhadap psikologis manusia-manusia lain di sekitarnya yang
menampak lewat psikologis para tokoh imajinernya.
Mengapresiasi
suatu hasil karya sastra yang penuh dengan nuansa kejiwaan para tokoh-tokohnya,
termasuk karya fiksi yang berupa novel, diperlukan suatu pendalaman dan
pengalaman akan makna hidup dan kehidupan. Aminuddin (2004:62) mengungkapkan
bahwa seseorang membaca sastra dapat dilatarbelakangi tujuan mendapatkan
berbagai macam informasi yang berhubungan pemerolehan nilai-nilai kehidupan dan
memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang
berhubungan dengan arti maupun peningkatan
harkat kehidupan manusia itu sendiri.
Sejalan
dengan pemikiran ingin mengungkap nuansa kejiwaan para tokoh dalam karya
sastra, penelitian ini memfokuskan pada Analisis Psikologis Tokoh-Tokoh Wanita
dalam Novel La Barka karya NH. Dini.
1.2 Masalah
1.2.1
Ruang Lingkup
Masalah
Ruang lingkup masalah yang
memungkinkan menjadi jangkauan suatu penelitian, mencakup seluruh variabel
karya sastra yang meliputi : (1) unsur intrinsik, yaitu unsur yang terkandung
dalam setiap karya sastra, yang terdiri atas unsur tema, karakter/perwatakan,
plot, setting, atmosfir, titik kisah, dan gaya; serta (2) unsur ekstrinsik
mencakup si pengarang dengan latar belakang kehidupannya, berbagai aliran sastra
yang melatarbelakangi proses cipta sastra tersebut, kehidupan masyarakat
sastra, periodisasi/kurun jaman di mana karya sastra dilahirkan.
1.2.2
Batasan Masalah
Tidak semua unsur yang
terkandung dalam suatu karya sastra, bisa secara tuntas diapresiasi dalam waktu
yang relatif terbatas. Oleh sebab itu, peneliti membatasi pada masalah analisis
psikologis tokoh-tokoh wanita yang terdapat dalam novel La Barka karya NH. Dini.
1.2.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan
masalah di atas, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1)
Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Rina dalam
novel La Barka karya NH. Dini?
(2) Bagaimanakah kondisi
psikologis tokoh Monique dalam novel La
Barka karya NH. Dini?
(3)
Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Francine dalam
novel La Barka karya NH. Dini?
(4)
Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Sophie dalam
novel La Barka karya NH. Dini?
(5)
Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam
novel La Barka karya NH. Dini?
(6)
Bagaimanakah kondisi psikologis tokoh Christine
dalam novel La Barka karya NH. Dini?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang
dan perumusan masalah yang dikemukakan di muka, maka secara umum tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi psikologis tokoh-tokoh
wanita dalam novel La Barka karya NH.
Dini.
1.3.2
Tujuan Khusus
Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran
tentang :
(1) Kondisi psikologis
tokoh Rina dalam novel La Barka karya
NH. Dini.
(2) Kondisi psikologis
tokoh Monique dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
(3) Kondisi psikologis
tokoh Francine dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
(4) Kondisi psikologis
tokoh Sophie dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
(5) Kondisi psikologis
tokoh Yvonne dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
(6) Kondisi psikologis
tokoh Christine dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
1.4 Penegasan Istilah
Penegasan istilah
dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penggunaan istilah yang
dipakai dalam penelitian yang berjudul Analisis Psikologis Tokoh-Tokoh Wanita
dalam Novel La Barka Karya NH. Dini.
(1)
Analisis adalah istilah yang berasal dari bahasa
Inggris analysis yang berarti
menguraikan sesuatu, termasuk menguraikan unsur-unsur dalam struktur karya
sastra.
(2)
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
gejala jiwa manusia, yaitu mempelajari dan menyelidiki pikiran, perasaan,
sikap, emosi, dan berbagai gejala jiwa lainnya.
(3)
Kondisi psikologis adalah keadaan jiwa/kejiwaan
seseorang yang meliputi pikiran, perasaan, sikap, emosi, dan berbagai gejala
jiwa lainnya.
(4)
Tokoh adalah individu rekaan yang terdapat dalam
berbagai peristiwa dalam karya sastra, baik itu tokoh wanita maupun tokoh pria.
(5)
Novel adalah sebuah cerita prosa fiksi karya
pengarang yang tercipta dengan dilandasi berdasarkan pandangan, tafsiran, dan
penilaian tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam imajinasinya; dan
dihadirkan dalam bentuk paparan cerita yang panjang mengenai kehidupan manusia.
(6)
Kodifikasi, menurut Kamus Kata Serapan Bahasa Indonesia
(Djalinus,1993:94) adalah pemberian nomor atau lambang pada perkiraan.
(7)
Korpus, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1995:527) adalah kesatuan atau kumpulan tulisan tentang subjek
tertentu; kumpulan ujaran yang tertulis atau lisan yang digunakan untuk
menyokong atau menguji hipotesis tentang struktur bahasa.
(8)
Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan”
atau “menghargai” (Aminuddin, 2004:34).
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi
Peneliti
a)
Sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian
yang berhubungan dengan analisis psikologis tokoh cerita dalam suatu karya
sastra berupa novel.
b)
Mengetahui gambaran secara obyektif tentang
psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La
Barka karya NH. Dini.
1.
Bagi Penelitian Selanjutnya
a) Sebagai
dasar penelitian lebih lanjut di masa mendatang.
b)
Sebagai bahan yang perlu dikaji kebenarannya
tentang teori yang disusun oleh peneliti agar sesuai dengan hasil penelitian
yang diharapkan.
2. Bagi
Institut
Dengan
adanya penelitian ini berarti pihak lembaga dapat menambah koleksi kepustakaan
ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Bagi
Pengajaran Bahasa Indonesia
Dengan
hasil penelitian ini agar dapat meningkatkan kemampuan apresiasi siswa dalam
menganalisis psikologis para tokoh cerita dari suatu hasil karya sastra seperti
novel dan karya sastra yang lain.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
Pada
prinsipnya, penelitian tentang Analisis Psikologis Tokoh-tokoh Wanita dalam
Novel La Barka karya NH. Dini,
memanfaatkan kajian interdisipliner, artinya penelitian ini dalam upaya
menginterpretasi karya sastra memerlukan ilmu terapan dengan mengkaji
kepustakaan yang relevan. Beberapa kajian sebagai tinjuan pustaka yang relevan,
meliputi (1) tinjauan pengertian prosa fiksi, (2) tinjauan terhadap apresiasi
sastra, (3) tinjauan terhadap psikologi sastra, (4) tinjauan terhadap tokoh,
dan (5) tinjauan terhadap penokohan dalam novel.
2.2
Pengertian dan Macam Prosa Fiksi
2.2.1
Pengertian Prosa Fiksi
Prosa
fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Karya fiksi mengandung unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi
penciptaan, (3) media penyampai isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen
fiksional sehingga menjadi suatu wacana. Pengarang dalam memaparkan isi karya
fiksi bisa lewat (1) penjelasan atau komentar, (2) dialog maupun monolog, dan
(3) lakuan atau action (Aminuddin, 2004:66). Disebutkan juga bahwa
bentuk-bentuk karya fiksi meliputi roman, novel, novelet, maupun cerpen.
Semua karya sastra termasuk novel, mempunyai dua unsur
yang membangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, setting/latar, gaya, sudut pandang,
suasana, dan amanat. Adapun unsur yang membangun di luar karya sastra yaitu
unsur ekstrinsik meliputi : biografi pengarang, pembaca, latar proses kreatif
penciptaan maupun latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra
(Aminuddin, 2004:34).
2.2.2
Macam Prosa Fiksi
Aminuddin (2004:66)
menyebutkan bahwa karya prosa fiksi dapat berbentuk roman, novel, novelet, dan
cerpen.
2.3
Novel
2.3.1
Pengertian Novel
Novel adalah sebuah cerita
prosa fiksi karya pengarang yang tercipta dengan dilandasi berdasarkan
pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam imajinasinya; dan dihadirkan dalam bentuk paparan cerita yang panjang
mengenai kehidupan manusia. Pengertian novel bila ditinjau secara harafiah,
istilah novel berasal dari bahasa Italia novella
yang berarti “barang baru yang kecil”. Novel adalah karya sastra fiksi yang
panjangnya sekitar 200 halaman (Depdiknas, 2005:107; abdul Rani, 2004:85).
Abdul Rani (2004:85) mengartikan novel sebagai karya imajinatif yang mengisahkan
sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh.
2.3.2
Macam Novel
Mengutip
pendapat Mochtar Lubis, Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (1985:165-166) menyebutkan bahwa
pemilahan jenis novel/roman berdasarkan bentuk dan genrenya dibedakan menjadi novel : (1) avontur, (2) psikologis,
(3) detektif, (4) sosial, (5) politik,
dan (6) kolektif.
Berdasarkan segmen konsumen
pembacanya, terdapat jenis novel remaja yang menurut Nurgiantoro (dalam
Depdiknas, 2005:108) adalah novel populer yakni novel yang massa pembacanya
sangat banyak khususnya di kalangan remaja. Novel remaja (populer) menampilkan
masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman walaupun hanya sesaat/temporer
atau sementara/artifisial serta tidak menggambarkan kehidupan secara intens
tentang pemahaman hakikat kehidupan.
2.3.3
Struktur Novel
Sebagai salah satu genre sastra,
novel serta karya fiksi lainnya seperti cerpen, novelet, dan roman mengandung
unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media
penyampai isi yang berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau
unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi sehingga menjadi suatu wacana
(Aminuddin, 2004:66). Unsur-unsur prosa fiksi meliputi tokoh dan penokohan, latar/setting, alur atau plot, sudut penceritaan/sudut pandang, gaya, tema, dan amanat (Abdul Rani, 2004:86;
Salamah, 2001:37).
Unsur-unsur
tersebut, lebih jauh ditegaskan oleh Abdul Rani (2004:86-69) berikut.
(1) Tema
Tema merupakan inti atau
pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita, yang merupakan unsur intrinsik
terpenting dalam novel/cerpen. Untuk mengetahui tema novel/cerpen, pembaca
harus mencermati seluruh rangkaian cerita. Tema dalam sastra bisa diangkat dari
berbagai masalah kehidupan sesuai zamannya. Baik menyangkut kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang, kecembutruan, dan sebagainya.
(2) Alur
Alur (plot) sebagai unsur
intrinsik karya sastra merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat. Pla pengembangan cerita tidak selalu sama dalam setiap
karya fiksi. Pada umumnya suatu alur (plot) cerita terbagi dalam bagian-bagian
berikut.
(a)
Pengenalan situasi cerita (exposition)
(b)
Pengungkapan peristiwa (complication)
(c)
Menuju pada adanya konflik (rising action)
(d)
Puncak konflik (turning point)
(e)
Penyelesaian (ending)
(3)
Latar (setting)
Fungsi latar adalah untuk meyakinkan pembaca
terhadap jalannya suatu cerita. Sehingga setiap peristiwa maupun para pelaku
yang ditampilkan dalam cerita seakan-akan ada dan benar-benar terjadi. Latar meliputi
tempat, waktu, suasana, dan budaya yang melingkupi cerita. Latar bisa
faktual maupun imajiner.
(4)
Penokohan
Penokohan adalah suatu cara
pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter/perwatakan para pelaku dalam
cerita. Untuk menggambarkan karakter tokoh, pengarang bisa menempuh: (a) teknik
analitik, yakni dengan menceritakan perwatakan tokoh secara langsung; dan (b)
teknik dramatik dengan mengemukakan karakter tokoh melalui penggambaran fisik
dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, tata kebahasaannya, jalan pikirannya,
serta perannya dengan tokoh lain.
(5)
Sudut Pandang (Point of view)
Adalah posisi pengarang
dalam menampilkan cerita, yang terdiri dari:
(a)
pengarang berperan langsung sebagai orang
pertama /”aku”tokoh yang terlibat dalam
cerita,
(b)
pengarang berperan sebagai pengamat atau
bertindak sebagai orang ketiga.
(6)
Amanat
Amanat merupakan suatu pesan
pengarang yang dituangkan melalui karyanya, bisa menyangkut pesan moral,
didaktis, dan sebagainya. Untuk mengetahui
amanat, pembaca harus secara cermat mengikuti seluruh cerita sampai
tuntas.
(7)
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam karya
sastra merupakan daya tarik dan sebagai cara pengarang mengajuk pikiran dan
emosi pembaca.
2.4
Apresiasi Karya Sastra
Istilah apresiasi berasal dari
bahasa Latin apreciatio yang berarti
“mengindahkan” atau “menghargai”. S. Effendi dalam (Aminuddin, 2004:35)
mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra
secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Untuk
mengapresiasi karya sastra diawali dari sikap ketertarikan terhadap sastra
sebagai suatu karya ciptaan pengarang yang di dalamnya terkandung beragam
nilai-nilai kehidupan. Sehingga tidak berkelebihan jika Boulton (dalam
Aminuddin, 2004:37) beranggapan bahwa cipta sastra, selain menyajikan
nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberi kepuasan batin
pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan atau
kontemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat,
politik maupun berbagai macam problema kehidupan ini.
Bertolak
dari pendapat Boulton, Aminuddin (2004:38) lebih menegaskan bahwa cipta sastra
sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks, yaitu (1)
unsur keindahan; (2) unsur kontemplatif hasil perenungan terhadap nilai-nilai
keagamaan, filsafat, politik, dan berbagai macam kompleksitas kehidupan; (3)
media pemaparan, baik berupa media kebahasaan maupun struktur wacana; serta (4)
unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan karakteristik cipta sastra
sebagai suatu teks.
Kegiatan
seorang apresiator dalam bedah sastra
adalah seperti dikemukakan Brooks (Aminuddin, 2004:39) yang membedakan dua
level, yakni level objektif yang berhubungan dengan respon intelektual, dan
level subjektif yang berhubungan dengan respon emosional. Sementara Aminuddin
(2004:38) mengungkapkan bahwa bekal awal yang harus dimiliki seorang calon
apresiator adalah (1) kepekaan emosi sehingga mampu memahami unsur-unsur
keindahan di dalam cipta sastra, (2) wawasan pengetahuan, penghayatan, dan
pengalaman atas kehidupan dan kemanusiaan, (3) pemahaman aspek kebahasaan, dan
(4) kepekaan terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang berhubungan
dengan telaah teori sastra.
2.5 Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah suatu
kajian yang bersifat tekstual terhadap aspek psikologis sang tokoh dalam karya
sastra. Sebagaimana wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia
sastra, psikologi sastra juga memandang bahwa sastra merupakan hasil
kreativitas pengarang yang menggunakan
media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Karya sastra
merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya
ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana
rasa/emosi (Roekhan, 1990:88-91).
Psikologi sastra merupakan
gabungan dari teori psikologi dengan teori sastra. Sastra sebagai “gejala
kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang nampak lewat
perilaku tokoh-tokohnya, sehingga karya teks sastra dapat dianalisis dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Antara sastra dengan psikologi memiliki
hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional, demikian menurut
Darmanto (Roekhan, 1990:93). Pengarang dan piskolog kebetulan memiliki tempat
berangkat yang sama, yakni kejiwaan manusia. Keduanya mampu menangkap kejiwaan
manusia secara mendalam. Perbedaannya, jika pengarang mengungkapkan temuannya
dalam bentuk karya sestra, sedangkan psikolog sesuai keahliannya mengemukakan
dalam bentuk formula teori-teori psikologi.
Karya sastra yang dapat dijadikan
bahan kajian melalui pendekatan secara psikologis adalah karya-karya sastra
yang mengembangkan kejiwaan tokoh-tokohnya, yakni karya prosa dan drama. Lebih
jauh ditandaskan bahwa pendekatan tekstual dalam psikologi sastra yang bertumpu
pada pendekatan psikologi dalam (pendekatan ekspresif dan pendekatan
pragmatis), kemudian berkembang melalui pendekatan-pendekatan psikologi yang
lain seperti pendekatan kognitif, behavioral, ghanzeid, dan pendekatan
eksistensial (Roekhan, 1990:94).
Penerapan pendekatan behavioral
dalam studi psikologi sastra, harus dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut.
(1) Mencari
dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji;
(2) Menelusuri
perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji, terhadap (a) lakuan sang tokoh,
(b) dialog sang tokoh, dan (c) pikiran sang tokoh;
(3) Mengidentifikasi
macam-macam perilaku sang tokoh dan mendeskripsikan serta
mengklasifikasikannya;
(4) Mengidentifikasi
lingkungan yang telah membentuk perilaku sang tokoh;
(5) Menghubungkan
perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya (Roekhan, 1990:97).
2.6
Tokoh dalam Karya Sastra
Peristiwa
dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu
diemban oleh tokoh atau pelaku-pelakunya, pelaku yang mengemban peristiwa dalam
cerita fiksi sehinggga terjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin,
2004:79). Menurut Kusdiratin (Depdiknas,
2005:57) mengatakan bahwa tokoh dalam karya fiksi selalu mempunyai sifat,
sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemerian watak pada tokoh suatu
karya sastra oleh pengarang disebut perwatakan.
Tokoh
merupakan bagian dari keutuhan artistik karya sastra yang selalu menunjang
keutuhan artistik itu. Tokoh dalam karya sastra dapat digolongkan menjadi lima,
yaitu (1) tokoh utama dan tokoh pembantu, (2) tokoh bulat dan tokoh datar, (3)
tokoh protagonis dan tokoh antagonis, (4) tokoh sentral dan tokoh bawahan, dan
(5) tokoh dinamis dan tokoh statis (Aminuddin,2004:80).
Untuk
lebih jelasnya diuraikan di bawah ini.
2.6.1 Tokoh Utama dan Tokoh Pembantu
Jika
dilihat menurut peranannya tokoh ada dua yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu,
yang masing-masing tokoh tersebut memiliki peran yang penting dalam cerita.
Untuk dapat membedakan tokoh utama dan tokoh pembantu, maka dilakukan dengan
berbagai pertimbangan dan cara-cara sebagai berikut:
(1)
Tokoh pembantu hanya hadir jika mempunyai
hubungan signifikan dengan tokoh utama.
(2)
Melihat keseringan kemunculan dalam suatu
cerita dan keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.
(3)
Ditentukan lewat petunjuk pengarang. Tokoh
utama umumnya merupakan tokoh yang saling memberi komentar yang dibicarakan
oleh pengarangnya, sedangkan tokoh pembantu hanya dibicarakan alakadarnya saja
(Aminuddin, 2004:80).
2.6.2 Tokoh Bulat dan Tokoh Datar
Berdasarkan
cara menampilkan tokoh dalam cerita, dapatlah dibedakan menjadi tokoh bulat dan
tokoh datar.Tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki variasi perkembangan
jiwa, atau tokoh kompleks, sehingga tokoh tersebut dapat dibedakan dari
tokoh-tokoh yang lain. Adapun tokoh datar dapat dilukiskan secara statis,
didalam perkembangan lakuan, wataknya sedikit sekali berubah.
2.6.3 Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Ditinjau
dari jenisnya, ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis
mempunyai pengertian tokoh yang memiliki watak baik, sehingga disenangi oleh
pembaaca. Adapun tokoh antagonis mempunyai watak yang tidak disenangi oleh
pembaca, karena watak pelaku tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh
pembaca. Tokoh protagonis biasanya mewakili yang baik dn terpuji, karena it
biasanya menarik simpati pembaca. Sedangkan tokoh antagonis mewakili pihak yang
jahat dan salah. Dalam fungsinya sebagi sumber nilai, tokoh protagonis selalu
menjadi tokoh teladan (Aminuddin, 2004:80).
2.6.4 Tokoh Sentral dan Tokoh Bawahan
Berdasarkan
fungsi tokoh dalam cerita, dapatlah dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Masing-masing tokoh dalam cerita mempunyai fungsi yang berbeda. Tokoh sentral
adalah tokoh yang memiliki peranan yang penting dalam suatu cerita, sehingga
tokoh ini cenderung menggeser kedudukan tokoh utama yang memiliki peranan tidak
penting, karena munculnya hanya melengkapi, melayani, mendukung tokoh utama,
namun kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh
utama.
Selanjutnya,
Aminuddin juga membedakan adanya ragam pelaku simple character dan complex
character, yaitu sebagai berikut:
Disebut simple character ialah
bila pelaku itu tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah.
Pemunculannya hanya dihadapkan pada satu permasalahan tertentu yang tidak
banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks. Berkebalikan
dengan pelaku yang simpel, complex
character adalah pelaku yang pemunculannya banyak dibebani permasalahan.
Selain itu, complex character juga
ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi batin yang cukup kompleks
sehingga kehadirannya banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks pula.
Dalam prosa fiksi, simple character
umumnya adalah pelaku tambahan, sedangkan complex
character adalah pelaku utama (Aminuddin, 2004:82).
Dengan
melihat fungsi tokoh di atas, maka dapat ditentukan watak tokoh dan
kedudukannya di dalam cerita, serta kehadiran tokoh sebagai pendukung cerita
dalam karya sastra.
2.6.5 Tokoh Dinamis dan Tokoh Statis
Berdasarkan
perkembangan lakuan dan watak tokoh dalam cerita, maka ada tokoh yang dinamis
dan tokoh yang statis. Tokoh dinamis merupakan tokoh yang mengalami perubahan
nasib, sedangkan tokoh yang statis merupakan tokoh yang sejak awal hingga akhir
ceriota tidak mengalami perubahan.Tokoh dinamis, seperti yang dikemukakan
Aminuddin (2004:83) adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan
batin, sedangkan tokoh statis adalah tokoh yang sejak awal hingga akhir cerita
tidak mengalami perubahan dan perkembangan pada aspek penokohannya dan tetap
mempertahankan aspek karakter dari awal hingga akhir cerita.
2.7
Penokohan dalam Karya Sastra
Penokohan dalam karya sastra
adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku dalam karya fiksinya.
Boulton (Aminuddin, 2004:79)
mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokoh dalam
karya fiksi dapat bermacam-macam, seperti
tokoh pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang gigih dalam perjuangan
hidupnya, pelaku yang selalu bersikap realistis, pelaku yang egois. Para pelaku
bisa berupa manusia atau tokohmakhluk lain yang diberi sifat seperti manusia,
misalnya perilaku binatang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengantar
Dalam suatu penelitian ilmiah, metodologi menempati peranan yang sangat penting sesuai dengan obyek penelitian.
Yang dimaksudkan
dengan metodologi di sini adalah kerangka teoritis yang dipergunakan oleh
penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi
itu. Kerangka teoritis atau kerangka ilmiah merupakan metode-metode ilmiah yang
akan diterapkan dalam pelaksanaan tugas itu
(Keraf, 2001:310).
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mengungkapkan atau menganalisa suatu permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penulis memerlukan metode. Metode merupakan cara kerja yang harus ditempuh dalam suatu penelitian ilmiah.
Penelitian ini berjudul Analisis Psikologis Tokoh-Tokoh Wanita Dalam Novel La Barka Karya NH. Dini. Pendekatan yang digunakan melalui metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah (Sukmadinata, 2006:319). Sehingga penelitian ini berupaya memaparkan suatu peristiwa secara rinci, sistematis, cermat, dan faktual mengenai psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Obyek penulisan dalam novel La Barka karya NH. Dini antara lain : (1) kondisi psikologis tokoh Rina, (2) kondisi psikologis tokoh Monique, (3) kondisi psikologis tokoh Francine, (4) kondisi psikologis tokoh Sophie, (5) kondisi psikologis tokoh Yvonne, dan (6) kondisi psikologis tokoh Christine.
3.3 Sumber Data
Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di muka, yang menjadi sumber data penelitian adalah novel La barka karya NH. Dini edisi Cetakan Ketujuh oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2004.
3.4 Instrumen Pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, sebagaimana lazimnya suatu penelitian kualitatif, adalah peneliti sendiri. Selanjutnya, untuk memudahkan teknik pengumpulan data, maka digunakan instrumen operasional yang berupa deskripsi verbal dengan pemberian kode La Barka sebagai judul novel dan posisi halaman dari data tekstual tersebut yang menguraikan penjelasan tentang psikologi tokoh Rina, Monique, Francine, Sophie, Yvonne, dan Christine.
3.5 Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dengan cara pencatatan, pengidentifikasian, pengklasifikasian paparan data.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data penelitian adalah (1) membaca literatur kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian; (2) penyusunan kerangka penelitian sebagai panduan kerja, karena teknik yang digunakan berupa teknik analisis tekstual; (3) mendeskripsikan lakuan, dialog, monolog, dan komentar tokoh lain dari setiap tokoh wanita yang mencerminkan aspek psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.
3.5.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu (1) deskripsi korpus data; (2) interpretasi data; dan (3) deskripsi kualitatif semua tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini, sebagai kesimpulan data.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan
(a) Penyusunan rancangan penelitian
Dimulai dari merumuskan tujuan penelitian,
merumuskan gambaran operasional kerja
secara sistematis, membuat desain dengan membuat pedoman kerja hingga menemukan
kemantapan desain penelitian.
(b)
Studi Pustaka
Dilakukan untuk memperoleh landasan yeng relevan
dengan penelitian.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Dilakukan dengan beberapa tahapan,
meliputi:
(a)
Pengumpulan Data, yaitu
mengumpulkan seluruh data dalam novel La
Barka dengan cara: (1) kodifikasi korpus data dan deskripsi data, (2)
interpretasi data, (3) rekapitulasi temuan, dan (4) deskripsi kualitatif
temuan.
(b)
Analisis Data, dengan
menganalisis tokoh berdasarkan tahapan kerja : (1) mengklasifikasi data, dan
(2) mendeskripsikan secara kualitatif temuan dalam novel La Barka karya NH. Dini.
3.6.3 Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian ini merupakan tahap akhir setelah penelitian selesai dilaksanakan. Tahap penyelesaian ini meliputi beberapa kegiatan yaitu : (a) penyusunan dan penulisan laporan, (b) mengkonsultasikan laporan kepada dosen pembimbing, (c) pengetikan laporan setelah dilakukan revisi, (d) penggandaan laporan kemudian diajukan kepada tim dosen penguji.
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil Analisis Kondisi Psikologis Tokoh-tokoh Wanita dalam Novel La Barka karya NH. Dini, maka terdapat beberapa temuan data hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab IV ini. Interpretasi analisis kondisi psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini dapat dideskripsikan dan diklasifikasikan meliputi temuan berikut ini.
4.1.Deskripsi Kualitatif Temuan
Deskripsi kualitatif temuan diperoleh melalui analisis unit tekstual dalam novel La barka karya NH. Dini yang berupa pendeskripsian pengarang secara langsung lewat dialog, monolog, dan tanggapan atau ungkapan dari tokoh lain. Untuk lebih lengkapnya sesuai tujuan penelitian, berikut ini disajikan deskripsi verbal temuan kondisi psikologis msing-masing tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini.
4.1.1
Deskripsi Kondisi psikologis tokoh Rina dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan
sebagai kondisi psikologis tokoh Rina adalah sebagai berikut:
(a)
Pencurahan kasih sayang terhadap
anak dan kesibukan Rina menjadi tersita sebagai seorang ibu sehingga
hari-harinya berlalu tanpa perhatian khusus dari suaminya. Hal ini bisa dilihat
pada unit tekstual berikut:
“Pada tahun ketiga perkawinanku, anakku lahir. Sepulang dari
rumah sakit, Monique datang dan tinggal bersama kami selama seminggu menolong
mengurus bayi. Waktu itu aku terlalu memikirkan kesibukanku yang baru sebagai
seorang ibu, sehingga hari-hariku berlalu tanpa perhatian yang khusus dari
suamiku” (La Barka: 21).
(b)
Suatu malam, Robert menjadi
kekasihnya. Kejantanan dan kelembutan diberikannya untuk Rina. Hal ini bisa
dilihat pada unit tekstual berikut:
“Malam itu Robert menjadi kekasihku. Kemudian yang
dimilikinya pasti dan jantan, namun penuh kelembutan. Gerakannya serba lamban,
pandangannya tidak berhenti melirik dan menggugahku. Sekali dua kali, ketika di
dalam kamar aku menunggunya selagi keluar menempatkan sepeda motor di samping
garasi” (La Barka: 157-158).
Kondisi psikologis tokoh Rina memiliki kecenderungan menolak terhadap sistem nilai yang berupa konsepsi atau perilaku perbuatan yang melanggar nilai kesopanan. Rasa cinta yang sedemikian besar terhadap kekasihnya yang membawanya ke jenjang rumah tangga. Namun keretakan bahtera keluarga Rina justru berawal saat setelah kelahiran anak pertamanya. Kehilangan kekasih yang amat didambakannya, membuat Rina merasa kesepian dan kehampaan. Hingga seseorang datang membelai kehidupannya, Rina justru menantangnya. Rina berbuat hanya menuruti emosinya saja tanpa diimbangi dengan rasio. Hal ini karena Rina masih trauma terhadap luka hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya.
4.1.2
Deskripsi
Kondisi psikologis tokoh Monique dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan
sebagai kondisi psikologis tokoh Monique adalah sebagai berikut:
(a) Hati Monique bagaikan terisi oleh segala
perbuatan kebaikan, menolong kawan, mempercayai semua orang. Hal ini bisa
dilihat pada unit tekstual berikut:
“Hati kawanku terisi oleh segala perbuatan
kebaikan, menolong kawan, mempercayai orang. Yang terakhir ini lebih mendekati
ke hal yang naif, bagi semua orang dianggapnya benar dan jujur” (La Barka: 51).
(b) Monique lebih menunjukkan sikap mengalah,
dan tidak menghendaki pertengkaran dalam pembagian harta kekayaan itu, kecuali
mendapatkan rumah. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut:
“Dalam memperhatikan itu semua, aku menarik
beberapa pelajaran. Betul, Monique lebih menunjukkan sikap mengalah, dan tidak
menghendaki pertengkaran dalam pembagian harta kekayaan itu, kecuali
mendapatkan rumah” (La Barka: 189).
(c) Monique tanpa sadar mulai berani
menghadapi segala persoalan sendiri serta memiliki ketabahan yang mengagumkan.
Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Monique yang biasa hidup berpegang pada baju
ibunya, turut suaminya ke ibukota. Ia menjalani kehidupan barunya dengan
ketabahan yang amat mengagumkan. Tanpa sadar Monique mulai berani mengolah
segala persoalan sendiri. Pada waktu itu, biaya sekolah dan pondokan dikirim
oleh orang tua Daniel. Dari pekerjaan sampingan Daniel kadang-kadang mendapat
uang dari pembuatan rencana buku-buku dan model majalah arsitektur. Monique
membantu menerima jahitan dari kenalan sana-sini” (La Barka: 18).
Monique adalah si pemilik La Barka, villa tempat teman-temannya berkumpul saat liburan. Ia dianggap oleh Rina sebagai orang berhati emas. Kebaikan Monique terhadap Sophie didasari oleh sifatnya yang suka membalas budi, suka menolong, selalu mengalah tidak mencari permusuhan, dan termasuk wanita yang selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Sekalipun temannya sendiri. Namun dalam masalah La Barka, rumah yang dibiayai oleh Monique sendiri, ia tidak pernah mengalah. Jika pada awalnya ia selalu bergantung pada ibunya, namun setelah menikah justru Monique bisa hidup mandiri dan mengendalikan rumah tangganya, meskipun harus dilalui dengan penuh ketabahan, kesabaran, ketegaran sebagai wanita dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
4.1.3
Deskripsi
Kondisi psikologis tokoh Francine dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan
sebagai kondisi psikologis tokoh Francine adalah sebagai berikut:
(a) Kecintaan
pada diri sendiri membuat penampilan Francine selalu rapi dan sesuai, serta
tidak terkesan berlebihan. Hal ini
bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Yang kusukai pada Francine adalah kerapian dalam
berpakaian. Sepadan dengan lapangan kehidupan sebagai penjual perlengkapan
modern, bagi wanita dan laki-laki muda” (La Barka: 98).
(d) Francine menyembunyikan perasaan yang
sebenarnya terhadap laki-laki yang selama lebih sepuluh tahun menjadi teman
hidupnya. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Kecemburuan
hanya dialami oleh orang-orang yang mencintai, dan takut akan kehilangan cinta.
Mengapa Francine menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, terhadap laki-laki
yang selama lebih sepuluh tahun menjadi teman hidupnya” (La Barka: 108).
Francine adalah istri Rene, yang bersama suaminya ini ia tidak bisa memberi keturunan sehingga berakibat keretakan rumah tangganya. Kadang-kadang Francine menuntut kepada Rene agar bisa bersikap tegas sebagai laki-laki. Suatu saat Francine minta persetujuan Rene tetapi berbuah kecewa karena Rene memang tidak bisa bersikap tegas. Francine termasuk type wanita yang selalu minta diperhatikan dan menyukai hal-hal parktis dan pasti. Kehalusan perasaan Francine dan perasaan merasa lemah dibanding laki-laki sehingga membuat ia mudah tersinggung. Francine memiliki jiwa yang tertutup, walau ia suka berpenampilan rapi apalagi dirinya sebagai penjual pakaian. Dia tidak suka melibatkan orang lain dalam urusan pribadinya.
4.1.4
Deskripsi
Kondisi psikologis tokoh Sophie dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan
sebagai kondisi psikologis tokoh Sophie adalah sebagai berikut:
(a) Sophie
wanita muda yang hidupnya beralih dari pelukan laki-laki lain, untuk dapat
membeli gaun model baru, sepatu keluaran tokoh-tokoh terkenal. Hal ini bisa dilihat pada unit tekstual berikut:
“Aku benar-benar memikirkan terlibatnya Monique dengan
persoalan Sophie. Aku memang sering mendengar ada wanita-wanita muda yang
hidupnya beralih dari pelukan laki-laki lain, untuk dapat membeli beberapa gaun
model baru, sepatu keluaran tokoh-tokoh terkenal” (La Barka: 148).
(b) Kecantikan
Sophie memang memiliki tubuh yang menggiurkan terutama pada bentuk bibirnya
yang tipis tapi berisi. Hal ini bisa
dilihat pada unit tekstual berikut:
“Yang menarik bagiku bagi keseluruhan wajahnya adalah
bibirnya yang tipis tapi berisi. Keduanya menggaris menakjubkan, seolah
dibentuk oleh seorang pemahat yang ahli guna menutupi kesalahan yang ada di
sana. Bagaimanapun, Sophie mempunyai tubuh yang menggiurkan” (La Barka: 80).
Sophie adalah gadis remaja yang usianya 21 tahun. Di villa La Barka Sophie telah banyak memperoleh kesenangan. Namun Sophie benar-benar tidak membalas budi baik yang diberikan kepadanya. Hal ini terjadi, karena selama di Villa La Barka Sophie menyebar isu bahwa di villa itu tempat untuk berkasih-kasihan. Sophie yang lepas dari orang tua dan merasa dirinya dikagumi laki-laki, Sophie berbuat sekehendak hati, memanfaatkan kecantikannya dan berganti-ganti pasangan walaupun sudah bertunangan. Bahkan di depan Francine, Sophie menjawab tantangan Rene dengan berani. Kehidupan Sophie di Villa La Barka akhirnya menimbulkan masalah bagi Monique. Cara hidup Sophie yang hanya menginginkan dirinya sendiri, semakin membuat Monique tidak senang dan kecewa. Selain itu Sophie juga memiliki sifat gemar sekali berdandan, kadang-kadang berlebihan. Sophie begitu mencintai dirinya, ini semua karena Sophie memiliki tubuh yang sempurna dan menggiurkan .
4.1.5
Deskripsi
Kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan
sebagai kondisi psikologis tokoh Yvonne adalah sebagai berikut:
(a) Yvonne selama beberapa tahun tinggal
serumah dengan seorang lelaki, tetapi Yvonne menyebut lelaki itu “suamiku”. Hal
ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Kawanku Monique berkata bahwa Yvonne sejak
beberapa tahun tinggal serumah dengan seorang lelaki, tetapi Yvonne menyebut
lelaki itu ‘suamiku’. Dengan jelas aku melihat Yvonne masih ada rasa rendah
diri karena tinggal bersama tanpa kawin dengan laki-laki” (La Barka:153).
(b) Yvonne memiliki kecenderungan mengerjakan
sesuatu atas dasar yang menjadi haknya, meskipun hal itu menyangkut soal
makanan. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Akhirnya kami mengalah, tetapi Yvonne memisahkan
makanan yang dia beli, menempelkan namanya dengan huruf besar-besar, lalu
ditaruhnya di lemari dingin. Sedangkan sayur dan buah-buahan di bawa ke dalam
kamar” (La Barka: 151)
Yvonne adalah orang yang tegas dan penuh tanggung jawab. Yvonne benar-benar menganut prinsip hak dan kewajiban. Dalam mendidik anak, Yvonne selalu menanamkan rasa sopan santun, sehingga anaknya pun tidak ada yang nakal. Yvonne mempunyai sikap yang emosional. Tindakannya didasari unsur perasaan saja. Dalam diri Yvonne juga ada sikap rendah diri. Rendah diri, karena anak kedua yang dilakukan dengan hubungan tidak sah dengan temannya, sehingga untuk menutupi rasa rendah diri Yvonne selalu salah menyebut temannya sebagai suaminya. Sikap egosentris pada diri Yvonne, yaitu dia lebih memilih mengerjakan haknya, tetapi yang bukan haknya dia tidak mau melaksanakan walaupun itu menyangkut soal makanan.
4.1.6
Deskripsi
Kondisi psikologis tokoh Christine dalam novel La Barka karya NH. Dini.
Beberapa temuan data yang bisa diinterpretasikan
sebagai kondisi psikologis tokoh Christine adalah sebagai berikut:
(a) Christine
memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Ia selalu menekankan nasehatnya
agar jangan terlalu menyiksa diri sendiri. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“’Aku senang kepadamu, Rina’ katanya
kemudian. ‘Aku hargai keterusterangan
yang kau berikan kepadaku. Kalau kau memerlukan nasihat dariku, aku hanya dapat
memberimu satu nasihat:jangan terlalu kau siksa dirimu. Kau telah menemukan
Robert, ini penting buat keseimbangan rohanimu. Mengapa kau sudah hendak
meninggalkannya?’” (La Barka: 265).
(b) Christin dianggap oleh Rina sebagai
teladan perempuan muda yang memiliki keseimbangan kuat dalam jiwanya. Hal ini
bisa dilihat pada data tekstual berikut ini.
“Entahlah disebabkan oleh jabatannya sebagai guru,
entah memang pembawaan watak yang demikian, Christine bagiku adalah teladan
perempuan muda yang memiliki keseimbangan kuat dalam jiwanya” (La Barka: 207).
(c) Christine di samping mampu mendidik anak
juga mempunyai wajah keibuan. Hal ini bisa dilihat pada data tekstual berikut
ini.
“Christine
berbadan hampir serupa dengan Monique, hanya tubuhnya yang agak lebih tinggi.
Rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki, tetapi dengan gelombang-gelombang
kecil yang turun hingga ke tengkuk. Wajahnya memberi suatu kesan tajam padaku,
biasa dan bergaris teratur, seperti wajah beribu” (La Barka: 207).
Christine adalah seorang janda yang hidup dengan dua anak. Pekerjaannya sebagai guru menjadikan ia memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Sikap Christine yang dermawan, membuat orang lain selalu senang berkawan dengannya. Christine juga memiliki sikap yang suka menolong orang lain walaupun hanya memberi nasehat saja. Di samping Christine mampu mendidik anak-anaknya juga mempunyai wajah keibuan, sehingga jelas bahwa sikap suku memelihara, merawat, menyimpan, dan suka menolong orang lain. Sesuai dengan provesi Christine sebagai seorang guru, bahwa sifat Christine yang paling dominan adalah sifat suka menolong orang lain dan tidak hanya berpikir untuk kepentingan pribadi.
4.2 Rekapitulasi Temuan Deskripsi Kondisi Psikologis Tokoh-tokoh Wanita
dalam Novel LA BARKA karya NH. Dini
Berdasarkan hasil interpretasi pendeskripsian kondisi
psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini, maka secara
keseluruhan temuan hasil interpretasi pendeskripsian tersebut dapat dirangkum
dalam tabel rekapitulasi berikut ini.
Tabel
4.1 Rekapitulasi Deskripsi Kondisi Psikologis Tokoh-tokoh Wanita Novel La Barka
karya NH. Dini
BAB V P E N
U T U P
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui berbagai tahapan analisis dan interpretasi mengenai kondisi psikologis tokoh-tokoh wanita dalam novel La Barka karya NH. Dini, berikut ini dipaparkan beberapa temuan sebagai kesimpulan.
1). Kondisi psikologis tokoh Rina dalam novel La Barka karya
NH. Dini.
Kondisi psikologis tokoh Rina memiliki kecenderungan menolak terhadap sistem nilai yang berupa konsepsi atau perilaku perbuatan yang melanggar nilai kesopanan. Rasa cinta yang sedemikian besar terhadap kekasihnya yang membawanya ke jenjang rumah tangga. Namun keretakan bahtera keluarga Rina justru berawal saat setelah kelahiran anak pertamanya. Kehilangan kekasih yang amat didambakannya, membuat Rina merasa kesepian dan kehampaan. Hingga seseorang datang membelai kehidupannya, Rina justru menantangnya. Rina berbuat hanya menuruti emosinya saja tanpa diimbangi dengan rasio. Hal ini karena Rina masih trauma terhadap luka hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya.
2). Kondisi psikologis tokoh Monique dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
Monique, si pemilik La Barka, villa tempat teman-temannya berkumpul saat liburan, dianggap oleh Rina sebagai orang berhati emas. Kebaikan Monique terhadap Sophie didasari oleh sifatnya yang suka membalas budi, suka menolong, selalu mengalah tidak mencari permusuhan, dan termasuk wanita yang selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Sekalipun temannya sendiri. Namun dalam masalah La Barka, rumah yang dibiayai oleh Monique sendiri, ia tidak pernah mengalah. Jika pada awalnya ia selalu bergantung pada ibunya, namun setelah menikah justru Monique bisa hidup mandiri dan mengendalikan rumah tangganya, meskipun harus dilalui dengan penuh ketabahan, kesabaran, ketegaran sebagai wanita dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
3). Kondisi psikologis tokoh Francine dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
Francine adalah istri Rene, yang bersama suaminya ini ia tidak bisa memberi keturunan sehingga berakibat keretakan rumah tangganya. Kadang-kadang Francine menuntut kepada Rene agar bisa bersikap tegas sebagai laki-laki. Suatu saat Francine minta persetujuan Rene tetapi berbuah kecewa karena Rene memang tidak bisa bersikap tegas. Francine termasuk type wanita yang selalu minta diperhatikan dan menyukai hal-hal parktis dan pasti. Kehalusan perasaan Francine dan persaan merasa lemah dibanding laki-laki sehingga membuat ia mudah tersinggung. Francine memiliki jiwa yang tertutup, walau ia suka berpenampilan rapi apalagi dirinya sebagai penjual pakaian. Dia tidak suka melibatkan orang lain dalam urusan pribadinya.
4). Kondisi psikologis tokoh Sophie dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
Sophie adalah gadis remaja yang usianya 21 tahun. Di villa La Barka Sophie telah banyak memperoleh kesenangan. Namun Sophie benar-benar tidak membalas budi baik yang diberikan kepadanya. Hal ini terjadi, karena selama di Villa La Barka Sophie menyebar isu bahwa di villa itu tempat untuk berkasih-kasihan. Sophie yang lepas dari orang tua dan merasa dirinya dikagumi laki-laki, Sophie berbuat sekehendak hati, memanfaatkan kecantikannya dan berganti-ganti pasangan walaupun sudah bertunangan. Bahkan di depan Francine, Sophie menjawab tantangan Rene dengan berani. Kehidupan Sophie di Villa La Barka akhirnya menimbulkan masalah bagi Monique. Cara hidup Sophie yang hanya menginginkan dirinya sendiri, semakin membuat Monique tidak senang dan kecewa. Selain itu Sophie juga memiliki sifat gemar sekali berdendam, kadang-kadang berlebihan. Sophie begitu mencintai dirinya, ini semua karena Sophie memiliki tubuh yang sempurna dan menggiurkan .
5). Kondisi psikologis tokoh Yvonne dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
Yvonne adalah orang yang tegas dan penuh tanggung jawab. Yvonne benar-benar menganut prinsip hak dan kewajiban. Dalam mendidik anak, Yvonne selalu menanamkan rasa sopan santun, sehingga anaknya pun tidak ada yang nakal. Yvonne mempunyai sikap yang emosional. Tindakannya didasari unsur perasaan saja. Dalam diri Yvonne juga ada sikap rendah diri. Rendah diri, karena anak kedua yang dilakukan dengan hubungan tidak sah dengan temannya, sehingga untuk menutupi rasa rendah diri Yvonne selalu salah menyebut temannya sebagai suaminya. Sikap egosentris pada diri Yvonne, yaitu dia lebih memilih mengerjakan haknya, tetapi yang bukan haknya dia tidak mau melaksanakan walaupun itu menyangkut soal makanan.
6). Kondisi psikologis tokoh Christine dalam novel La Barka
karya NH. Dini.
Christine adalah seorang janda yang hidup dengan dua anak. Pekerjaannya sebagai guru menjadikan ia memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Sikap Christine yang dermawan, membuat orang lain selalu senang berkawan dengannya. Christine juga memiliki sikap yang suka menolong orang lain walaupun hanya memberi nasehat saja. Di samping Christine mampu mendidik anak-anaknya juga mempunyai wajah keibuan, sehingga jelas bahwa sikap suku memelihara, merawat, menyimpan, dan suka menolong orang lain. Sesuai dengan provesi Christine sebagai seorang guru, bahwa sifat Christine yang paling dominan adalah sifat suka menolong orang lain dan tidak hanya berpikir untuk kepentingan pribadi.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka perlu dikemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan obyek dan tujuan penelitian. Berikut ini saran-saran dikemukakan yang diharapkan dapat dijadikan pertimbangan pada penelitian selanjutnya, yaitu kepada:
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam pengajaran sastra, terutama dalam menganalisis tokoh-tokoh dalam cerita fiksi, khususnya novel La Barka karya NH. Dini dengan menggunakan pendekatan psikologis atau pendekatan yang lain.
Siswa
Dalam kegiatan belajar sastra, siswa hendaknya dapat mempelajari karya sastra melalui apresiasi tokoh, dengan melihat segi psikologisnya. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan acuan oleh siswa untuk belajar dalam mengapresiasikan karya sastra khususnya novel.
Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai bahan acuan lebih lanjut, karena penelitian ini hanya menganalisis beberapa aspek psikologis tokoh wanita.
Untuk itu bagi peneliti selanjutnya disarankan agar penelitian ini dikembangkan lagi, yaitu mengenai aspek-aspek lain yang terdapat dalam karya sastra khususnya novel La Barka karya NH. Dini.
Demikianlah sejumlah saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini. Disadari sepenuhnya bahwa berbagai temuan yang ada barangkali kurang mendalam jika diorientasikan kepada kepentingan-kepentingan praktis, namun dalam kepentingan toeritis sudah selayaknya pada akhir penelitian dikemukakan saran yang sifatnya harapan-harapan untuk pemanfaatan hasil penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul
Rani, Supratman. 2004. Intisari Sastra
Indonesia untuk SLTP. Bandung: CV Pustaka Setia.
Aminuddin. 1990.
Sekitar Masalah Sastra. Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya. Malang:
Yayasan Asah Asih Asuh.
-----------------2004. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Depdikbud.
1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2005.
Materi Pelatihan Terintegrasi. Bahasa
dan Sastra Indonesia.Pengembangan Kemampuan Menulis Sastra. Buku 2.
Jakarta: Direktorat PLP Dirjendikdasmen Depdiknas.
Depdiknas. 2005.
Materi Pelatihan Terintegrasi. Bahasa
dan Sastra Indonesia.Pengembangan Kemampuan Menyimak Sastra. Buku 3.
Jakarta: Direktorat PLP Dirjendikdasmen Depdiknas.
Djalinus,
Syah, dkk. 1993. Kamus Pelajar. Kata
Serapan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
IKIP Malang. 1996. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan
Penelitian. Malang: Satgas OPP Bagian Proyek OPF. IKIP Malang.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi:
Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa.
Flores: Nusa Indah.
Nurhadi, dkk. 2004. Bahasa
dan Sastra Indonesia SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga
Salamah,
Umi. 2001. Diktat Sejarah dan Teori
Sastra. Sebagai Panduan Perkuliahan Matakuliah Sejarah & Teori Sastra
di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Budi Utomo
Malang. Malang: IKIP Bdi Utomo malang.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Djalinus, dkk. 1993. Kamus
Kata Serapan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
s---Dedikasi untuk Indonesiaku tercinta---r
Tidak ada komentar:
Posting Komentar